10 Agustus 2009

Bayi Sering Menonton TV

Assalamualaikum pembaca blogku tercinta. Saat ini di kotaku Majalengka sedang musim kemarau yang biasanya anginnya lumayan kenceng, sehingga aku selama beberapa hari ke belakang ggak bisa main-main di luar rumah. Namun di dalam rumah juga aku kadang-kadang bosan kegiatannya itu-itu aja, biasanya aku ditemenin televisi kalo pas makan atau mau bobo. Kebetulan di rumah Eyang ada stasiun tv Spacetoon, isinya film kartun semua. Aku paling senang nonton Boom and Reds dan Penguin Clan tiap pagi. Namun ayahku penasaran, apa bayi seumurku baik ggak menonton televisi, akhirnya ayahku menemukan penjelasannya disebuah artikel. Yuk kita baca bareng-bareng.

Coba perhatikan, berapa jam dalam sehari bayi kecil Anda terpapar siaran televisi? Satu jam? Dua jam? Atau lebih? Atau jangan-jangan TV telah menjadi ’menu wajib’ pengasuhan sehari-hari? Misalnya, memberi makan harus sambil menonton TV, kalau tidak, anak bakal mogok makan. Atau kalau menangis, dia akan terhibur dan diam setelah menonton TV.

Jika ya, Anda perlu berhati-hati. TV bisa membawa dampak negatif bagi si kecil. Di Indonesia hal ini memang tidak terlalu dipermasalahkan, karena sebagian besar masyarakat masih menganggap TV sebagai “virtual baby sitter”. Tetapi di negara-negara maju, sejumlah ahli justru menganjurkan agar bayi yang berusia kurang dari 2 tahun, tidak menonton TV sama sekali. Mengapa? Indri Savitri, Psi, Kepala Divisi Klinik dan Layanan Masyarakat Lembaga Psikologi Terapan UI, menjelaskan alasan-alasannya untuk Anda.

Fokusnya pada atensi. Menurut Indri, anak-anak di bawah 2 tahun yang terbiasa menonton, disinyalir atensinya tidak berkembang optimal. Kilatan visual televisi cepat sekali berganti, sehingga otak anak terbiasa terstimulasi dengan sesuatu yang serba cepat. Hal ini kelak akan berdampak pada kemampuan anak untuk konsentrasi dan mempertahankan perhatian ketika mengerjakan sesuatu. “Akibatnya, kalau dia mengerjakan tugas, tidak bisa sampai tuntas,” kata Indri menjelaskan.

TV Membatasi Eksplorasi. Dua tahun pertama adalah masa penting bagi anak untuk mengembangkan pemahaman terhadap dunia dengan melihat, menyentuh dan mengeksplorasi secara langsung. “Kalau TV menggantikan kegiatan eksplorasi, kesempatan dia untuk bisa menjelajah dunia berkurang, dan akhirnya berdampak pada kognitif. Eksplorasinya berhenti sampai visual,” papar Indri. Kalaupun anak dipertontonkan sesuatu yang selalu bergerak-gerak, anak belum tentu bisa membayangkan benda tersebut secara tiga dimensi. Apakah berbentuk kotak, bola, atau lainnya. Lain halnya jika benda tersebut dipegang langsung untuk dieksplorasi. Anak jadi tahu, kalau bola bisa menggelinding, bisa memantul, dan teksturnya ternyata kasar. “Itu yang disebut dengan eksplorasi,” kata Indri menegaskan.

Walau demikian, Indri mengatakan menonton TV bagi bayi bisa juga diarahkan menjadi sesuatu yang positif. Asal, orangtua tahu cara menyiasatinya.

Tips:

1. Maksimal setengah jam. Anak di bawah dua tahun hanya boleh menonton sekitar setengah jam dalam sehari. Itu pun harus dibagi sepuluh menit untuk setiap sesinya. Setelah itu anak harus tetap main dengan orangtuanya, ada intimasi dan interaksi resiprokal. Tetap optimalkan aspek bermain, membaca dan bercerita dengan anak.
2. Pilihlah program yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, disajikan dengan suara tunggal (satu orang pembawa acara) dan musik dengan tempo yang lambat.
3. Jangan jadikan TV sebagai background. Artinya ketika anak tidak menonton, matikanlah TV. Yang sering terjadi, anak makan, kemudian diberi background tontonan TV. Jika dibiasakan, anak akan kesulitan membedakan hal yang pokok dan hal yang kurang penting. Akibatnya, anak harus dikondisikan selalu ada suara-suara yang justru dapat mengganggu konsentrasi dan relasi dalam keluarga.

(Meli Simarmata)
Sumber Majalah : Inspire Kid

Setelah membaca penjelasan di atas, sekarang aku jarang menonton TV, takut kemampuan kognitifku tidak berkembang :D

0 comments:

Posting Komentar

  © Blogger template 'SimpleBlue' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP