11 Mei 2011

Tak Terasa 2 Tahun Usia Ku...

Assalamualaikum Wr.Wb

Tak terasa waktu cepat berlalu, waktu yang menyenangkan bersama orang tua dan saudara-saudaraku tercinta, 2 tahun lebih 3 bulan umurku sekarang. Sudah lama sekali aku tak mengupdate posting di blog ku ini (sibuk repotin ortu terus xixixi). Di usia 2 tahun ini Alhamdulillah semua dalam keadaan sehat walafiat, selalu bersyukur dan menikmati rezeki yang diberikan Allah SWT.

Usia 2 tahun ini aku mengalami perkembangan yang pesat terutama badanku hehehehe, kata ayah ama mamah sih tambah berat, syukurlah "teu ngala ka ayah" xixixixi. Tapi yang terpenting statusnya sehat lah hehe. Beberapa hal sudah tidak aku pakai, kayak pampers (biar terbiasa pipis sendiri katanya),dan beberapa hal baru aku bisa lakukan, lari-larian, main ama teteh Ina, Ineu, dan juga udah bisa minta jajan hehehe. Budget ayahku ada kenaikan nih hihihi. Resiko ya Yah :D.

Saat ini aku lagi menyukai hal-hal yang berbau atau mengandung kata ikan, habisnya lucu sihh...kalo main ke rumah Aki dan Mimi di Talaga, aku biasanya nengokin ikan-ikan yang ada di kolam, kadangkala dipancing sama mamah dan terus digoreng, aku makan juga hehehe (wahhh sadis...). Aku suka menonton paus yang ada di film Free Willy, lucu sekali tuh pausnya. Aku juga senang liat tayangan Dunia Air di Trans7,lucu-lucu deh ikannya.


Ayahku sudah mulai mengajak aku naik motor nih, meski masih dipegang. Aku senang tiap kali naik motor, liat sawah di belakang UNMA,meski sekarang udah sedikit karena banyaknya bangunan kost-an mahasiswa dan pelajar. Kalau melalui Bunderan Munjul lebih senang lagi karena ada patung ikan lele lagi berenang. Tiap kali ayahku ada panggilan kerja, (ayahku cowok panggilan buat service komputer hehehe), aku dititip dulu ke Eyang di Majalengka. Dalam sebulan aku bisa merasakan tiga tempat yang berbeda, di Talaga, di Cijati dan di Majalengka. Well, life is fun !

Semuanya serba menyenangkan, tapi kayaknya lebih seru kalo ada teman yang selalu siap diajak bermain ya, yaitu seorang adik. Soalnya lihat ponakannya Teh Ina lucu sekali, jadi pengen hehehe. Mudah2an Allah memberikan aku adik, biar aku ada teman, dan mumpung ayahku masih muda (meskipun udah ada ubannya xixixi) dan mamahku juga masih muda,semangatnya masih kuat buat survive the life.

Pegel nih ngetik segini juga, yang penting udah update blog tercintaku hehehe meskipun isi postingannya agak asal aja :D. Udah dulu ya entar sambung lagi.

Wassalam

Terusin......

14 Agustus 2009

Tips Aman Ibu Tidur Bersama Bayi

Assalamu'alaikum Wr.Wb. Pembaca blog De Isa. Apa kabar semuanya ? smoga dalam keadaan sehat semua. Saat ini aku masih di rumah Eyang di Majalengka. Karena umurku masih kecil, aku tidur satu ruangan dan satu tempat tidur ama mama dan ayah. Aku masih tidur bareng karena malamnya suka bangun atau "ngalilir" kalo kata orang Sunda. Jadi Mama mesti siap-siap dengan ASI nya. Lagian aku lebih nyaman kalo tidur ama Mama soalnya serasa ada yg jagain, tau sendiri khan tidurku suka guling-guling, muter-muter makanya disediain bantal di tiap pinggirnya. Tapi aman ggak ya kata para ahli soal tidurku ini ? pingin tau ?? ikuti informasinya yukkk !!

Tips Aman dan Nyaman Tidur Bersama Bayi
Oleh : Sari Kartikawati

Bila ingin si kecil tidur di tempat tidurnya sendiri, maka siapkan sebuah ranjang bayi yang nyaman, kuat, dan aman sehingga si kecil dan orangtua dapat sama-sama tertidur dengan lelap. Tapi, bila memutuskan untuk tidur seranjang dengan bayi, sebaiknya orangtua memperhatikan beberapa hal penting demi mencegah risiko berbahaya, seperti bayi tertindih atau sindroma kematian mendadak saat tidur.
“Hal paling penting yang harus diingat oleh orangtua ketika berbagi tempat tidur dengan bayinya adalah hal-hal yang bisa membahayakan bayinya. Karerna itu, ketika akan tidur, tanamkan dalam ingatan bahwa bayi Anda berada di tempat tidur bersama Anda,” ujar James McKenna, Ph.D, dokter ahli yang mendalami bidang tidur bersama bayi, Direktur Mother and Baby Behavioral Sleep Laboratory, Notre Dame University, Amerika Serikat.

Pada dasarnya, kata McKenna, ibu dan anak sudah ‘didisain’ untuk tidur bersama, baik dari segi psikologi maupun biologi. Tujuannya antara lain adalah untuk memudahkan ibu dan bayi saat harus menyusui dan menjaga tidur anak di malam hari. “Bayi yang tidur sendiri lebih rentan untuk terkena Sindroma Kematian Mendadak Saat Tidur (Sudden Infant Death Syndrome/SIDS). Ibu yang tidur bersama bayinya justru akan memiliki hubungan emosi yang lebih dekat dengan bayinya. Bayi juga akan merasa nyaman, aman, dapat belajar untuk tidur dalam posisi yang lebih aman dan teratur, juga dapat belajar bernafas yang baik saat tidur,” ujar McKenna. Menurutnya, ibu yang mendampingi bayinya tidur biasanya lebih waspada dalam mengawasi pernafasan dan temperatur bayinya selama tidur dan langsung dapat memberi respon saat terjadi perubahan yang membahayakan.

Menurut Dr. Asril Aminullah, Sp.AK. dari bagian Perinatologi, Ilmu Kesehatan Anak,
FKUI/RSCM, Jakarta, sebenarnya bayi bisa tidur di mana saja. Memang, orangtua
biasanya memilih tidur sekamar bahkan seranjang dengan bayinya karena alasan rasa aman dan praktis. “Jadi, bila tengah malam si kecil terbangun, orangtua bisa langsung menanganinya.” Selain itu, orangtua juga merasa lebih dekat secara batin jika dekat secara fisik dengan bayinya.

“Bayi akan mengetahui keberadaan ibunya dan merasa aman karena ibunya bisa memberikan respon secara emosional dan psikologis dengan baik. Bayi akan bangun lebih sering, namun hanya sebentar saja, jika dibandingkan jika ia tidur terpisah dari ibunya. Hal ini akan membuat bayi tidak bisa tidur dengan nyenyak dan pastinya tidak baik bagi kesehatan bayi,” tambahnya.

Menurut McKenna, kunci paling penting ketika tidur bersama bayi adalah ‘kedua orangtua yang selalu waspada’. “Baik ayah maupun ibu bisa sama-sama belajar memperhatikan posisi tidur bayinya, caranya bernafas, dan lain sebagainya. Carilah posisi yang terbaik bagi bayi, apakah harus berada di tengah kedua orangtuanya, atau berada di salah satu sisi tempat tidur. Hindari tidur di bagian kepala bayi karena berisiko tinggi membahayakan sang bayi. Bagi ibu, sebaiknya tidur di sebelah dan menghadap langsung ke arah bayinya untuk memudahkan saat pemberian ASI.

Selain itu, sebagai langkah pengamanan, tempatkan juga sebuah kasur di bawah tempat tidur untuk menghindari benturan keras ketika bayi terjatuh karena berguling-guling saat tidur. Letakkan juga beberapa bantal di sekitar tempat tidur dan di lantai dekat tempat tidur. Sebaiknya, letakkan juga sebuah bantal di antara ibu dan ayah untuk mencegah ayah berguling dan menindih ibu dan bayinya. “Yang paling utama adalah selalu menjadikan kamar tidur sebagai tempat yang aman bagi bayi saat tidur,” ujarnya. Selain beberapa saran di atas, tips-tips dari beberapa ahli berikut ini bisa menjadi panduan bagi orangtua saat tidur bersama bayinya:

1. Pastikan tempat tidur atau kasur untuk tidur bersama bayi berukuran cukup besar
untuk menampung dua sampai tiga orang. Jika kasur berukuran kecil, sebaiknya hanya ibu yang tidur bersama bayi atau tidurkan bayi di tempat tidur tersendiri.
2. Bayi sebaiknya tidur di tempat yang bersih, lembut, dan bebas dari asap rokok, berada di bawah lampu, berselimut, dan kepalanya tidak tertutup apa pun.
3. Untuk amannya, cermati posisi selimut dan seprai ketika bayi sedang tidur tengkurap. Selimut/seprai yang berantakan bisa menutupi jalan napas bayi hingga meningkatkan risiko terkena SIDS. Bila bayi menggunakan selimut, lipat sisa selimut (pada bagian ujung kaki) ke arah dalam. Lipatan ini berfungsi untuk menahan agar bayi tidak terdorong masuk ke dalam selimut ketika bergerak. Perhatikan batas selimut pada bagian atas sebaiknya tidak melebihi pundak bayi.
4. Kasur sebaiknya dipindahkan ke lantai, tidak perlu menggunakan ranjang, untuk
menghindari bayi yang sudah dapat berguling, terjatuh ketika tidur atau terbangun dan bermain sendirian di tempat tidur.
5. Hindarkan boneka atau banyak bantal dari sekitar bayi. Bayi juga sebaiknya tidak tidur di atas bantal.
6. Jangan tidurkan bayi di sofa, dengan atau tanpa orang dewasa, karena bayi bisa
terguling ke lantai atau terjepit di sofa. Bayi juga jangan ditidurkan di kasur air atau yang berisi biji-bijian. Pilihlah kasur yang agak keras dan rata untuk mencegah gangguan pada pertumbuhan tulang belakang dan otot-ototnya.
7. Hindari ruang sisa antara kasur dengan dinding atau kasur dengan bagian sisi tempat tidur, atau celah sempit antara tempat tidur dengan lemari, atau apa pun yang bisa membahayakan kepala bayi Anda.
8. Bayi berusia satu tahun ke bawah sebaiknya tidak tidur bersama anak yang lain.
9. Orangtua, baik ayah maupun ibu, yang sedang menjalani pengobatan, minum obat tidur, merokok atau mengkonsumsi minuman beralkohol, atau berada dalam keadaan sulit untuk bangun atau kemungkinan tidak akan terbangun selama tidur, sebaiknya jangan tidur bersama bayinya. Begitu pula jika sang ayah termasuk orang yang ceroboh.
10. Ibu yang memiliki rambut panjang sebaiknya mengikat rambutnya untuk menghindari bayinya terjerat rambut ibunya saat tertidur.
11. Orangtua yang mengalami masalah kegemukan, bahkan obesitas, sebaiknya tidak tidur di tempat tidur yang sama dengan bayinya. Baringkan bayinya di kasur atau tempat tidur khusus bayi.
12. Jauhkan tempat tidur bayi dari tirai atau penutup jendela, yang memiliki tali terjuntai, untuk menghindari kemungkinan bayi terjerat saat tertidur.
13. Hindari meletakkan tempat tidur bayi langsung di dekat jendela. Dikhawatirkan sinar dan panas matahari akan langsung menerpa wajah dan tubuh bayi. Atur posisi penyejuk udara sedemikian rupa sehingga "hembusannya" tidak langsung mengenai bayi.

Tips di atas mungkin berhasil dengan baik bagi sebagian orangtua, namun belum tentu berhasil pada lainnya. Yang terpenting adalah orangtua mengerti bahaya yang bisa mengancam keselamatan bayinya saat tidur sendiri maupun bersama orangtuanya, dan segera mencari solusi sebagai tindakan pencegahannya. “Menemani bayi tidur tidak berarti harus bersama dalam satu tempat tidur. Menempatkan ranjang bayi di dekat tempat tidur orangtuanya juga bisa bermakna sama,” ujar McKenna. Ia menyarankan, bila tidak yakin dengan keamanan bayi ketika tidur bersama orangtua, sebaiknya pilihlah ranjang bayi yang bisa didekatkan atau menempel di ranjang orangtuanya sehingga bayi dan orangtua bisa sama-sama tidur dengan aman dan nyaman.

sumber : Inspirekidsmagazine

Terusin......

10 Agustus 2009

Bayi Sering Menonton TV

Assalamualaikum pembaca blogku tercinta. Saat ini di kotaku Majalengka sedang musim kemarau yang biasanya anginnya lumayan kenceng, sehingga aku selama beberapa hari ke belakang ggak bisa main-main di luar rumah. Namun di dalam rumah juga aku kadang-kadang bosan kegiatannya itu-itu aja, biasanya aku ditemenin televisi kalo pas makan atau mau bobo. Kebetulan di rumah Eyang ada stasiun tv Spacetoon, isinya film kartun semua. Aku paling senang nonton Boom and Reds dan Penguin Clan tiap pagi. Namun ayahku penasaran, apa bayi seumurku baik ggak menonton televisi, akhirnya ayahku menemukan penjelasannya disebuah artikel. Yuk kita baca bareng-bareng.

Coba perhatikan, berapa jam dalam sehari bayi kecil Anda terpapar siaran televisi? Satu jam? Dua jam? Atau lebih? Atau jangan-jangan TV telah menjadi ’menu wajib’ pengasuhan sehari-hari? Misalnya, memberi makan harus sambil menonton TV, kalau tidak, anak bakal mogok makan. Atau kalau menangis, dia akan terhibur dan diam setelah menonton TV.

Jika ya, Anda perlu berhati-hati. TV bisa membawa dampak negatif bagi si kecil. Di Indonesia hal ini memang tidak terlalu dipermasalahkan, karena sebagian besar masyarakat masih menganggap TV sebagai “virtual baby sitter”. Tetapi di negara-negara maju, sejumlah ahli justru menganjurkan agar bayi yang berusia kurang dari 2 tahun, tidak menonton TV sama sekali. Mengapa? Indri Savitri, Psi, Kepala Divisi Klinik dan Layanan Masyarakat Lembaga Psikologi Terapan UI, menjelaskan alasan-alasannya untuk Anda.

Fokusnya pada atensi. Menurut Indri, anak-anak di bawah 2 tahun yang terbiasa menonton, disinyalir atensinya tidak berkembang optimal. Kilatan visual televisi cepat sekali berganti, sehingga otak anak terbiasa terstimulasi dengan sesuatu yang serba cepat. Hal ini kelak akan berdampak pada kemampuan anak untuk konsentrasi dan mempertahankan perhatian ketika mengerjakan sesuatu. “Akibatnya, kalau dia mengerjakan tugas, tidak bisa sampai tuntas,” kata Indri menjelaskan.

TV Membatasi Eksplorasi. Dua tahun pertama adalah masa penting bagi anak untuk mengembangkan pemahaman terhadap dunia dengan melihat, menyentuh dan mengeksplorasi secara langsung. “Kalau TV menggantikan kegiatan eksplorasi, kesempatan dia untuk bisa menjelajah dunia berkurang, dan akhirnya berdampak pada kognitif. Eksplorasinya berhenti sampai visual,” papar Indri. Kalaupun anak dipertontonkan sesuatu yang selalu bergerak-gerak, anak belum tentu bisa membayangkan benda tersebut secara tiga dimensi. Apakah berbentuk kotak, bola, atau lainnya. Lain halnya jika benda tersebut dipegang langsung untuk dieksplorasi. Anak jadi tahu, kalau bola bisa menggelinding, bisa memantul, dan teksturnya ternyata kasar. “Itu yang disebut dengan eksplorasi,” kata Indri menegaskan.

Walau demikian, Indri mengatakan menonton TV bagi bayi bisa juga diarahkan menjadi sesuatu yang positif. Asal, orangtua tahu cara menyiasatinya.

Tips:

1. Maksimal setengah jam. Anak di bawah dua tahun hanya boleh menonton sekitar setengah jam dalam sehari. Itu pun harus dibagi sepuluh menit untuk setiap sesinya. Setelah itu anak harus tetap main dengan orangtuanya, ada intimasi dan interaksi resiprokal. Tetap optimalkan aspek bermain, membaca dan bercerita dengan anak.
2. Pilihlah program yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, disajikan dengan suara tunggal (satu orang pembawa acara) dan musik dengan tempo yang lambat.
3. Jangan jadikan TV sebagai background. Artinya ketika anak tidak menonton, matikanlah TV. Yang sering terjadi, anak makan, kemudian diberi background tontonan TV. Jika dibiasakan, anak akan kesulitan membedakan hal yang pokok dan hal yang kurang penting. Akibatnya, anak harus dikondisikan selalu ada suara-suara yang justru dapat mengganggu konsentrasi dan relasi dalam keluarga.

(Meli Simarmata)
Sumber Majalah : Inspire Kid

Setelah membaca penjelasan di atas, sekarang aku jarang menonton TV, takut kemampuan kognitifku tidak berkembang :D

Terusin......

09 Agustus 2009

Arti dan Ciri Tangisan Bayi

Assalamualaikum Wr.wb, met ketemu lagi ama de isa neh, Alhamdulillah setelah membaca tulisan sebelumnya, aku sudah mulai lancar BAB neh, resepnya sederhana lebih banyak makanan serat, aku diberi jus pepaya, jus apel dan minum yang cukup.
Beralih ke hal lain, akhir-akhir ini aku kalo malam aku agak rewel sering nangis, aku kasihan sama mamaku soalnya tidurnya jadi keganggu, tapi gimana lagi aku khan bisanya cuma nangis hehehe. Biasanya aku nangis kalo aku lapar, haus, bosan de el el. Nah kalo pingin tahu macam-macam tangisan bayi dan penyebabnya coba ikutin penjelasan berikut ya......

Dalam buku "Your Child's Body Language", Dr Richard Woolfson menjelaskan bahwa tangisan bayi mempunyai arti berbeda-beda. Setiap jenis tangisan mengomunikasikan pesan tersendiri untuk ayah-ibunya. Di bawah ini beberapa contoh tangisan bayi dan cara mengatasinya.

Tangisan "Aku Ingin Menyusu!"

Bayi Anda akan mulai menangis jika lapar. Tangisannya akan berulang-ulang. Pertama, ia menangis lalu berhenti sejenak untuk mengambil napas, menangis lagi, berhenti sejenak untuk mengambil nafas, demikian seterusnya. Susui bayi hingga kenyang. Atau, jangan-jangan memang sudah waktunya makan?

Tangisan "Popokku Kotor!"

Bayi lebih suka popoknya bersih dan kering. Jika popoknya basah ia akan menangis karena merasa tidak berada dalam keadaan yang nyaman. Tangisan "pengumuman popokku kotor" biasanya perlahan, kemudian makin keras dan makin keras. Anda juga bisa memperhatikan bahwa ia bergeliut-geliut di tempat tidurnya. Segera periksa popoknya, ia barangkali memerlukan popok baru.

Tangisan "Badanku Sakit!"

Semua bayi menangis jika ia merasa sakit. Tangisan jenis ini adalah tangisan bernada tinggi, hampir seperti jeritan, kemudian ia terengah-engah pada saat menarik nafas, lalu menjerit lagi. Cobalah temukan apa yang membuatnya kesakitan. Pegang perutnya, jangan-jangan kejang. Goyang-goyang tangan, kaki atau leher dan kepalanya. Jika ia menjerit lebih keras ketika menggoyang bagian tertentu, mungkin ada yang sakit karena terjatuh tanpa sepengetahuan Anda. Kompreslah bagian yang sakit dengan air hangat.

Tangisan "Aku Bosan!"

Bayi selalu memerlukan stimulasi dan akan timbul bosan jika ia tidak memperolehnya, atau bahkan bosan dengan satu aktivitas saja. Tangisan jenis ini dirancang untuk mendapat perhatian Anda. Makanya, tangisan ini lebih mirip teriakan ketimbang tangisan. Dan, ia akan tetap menangis seperti ini selama ia merasa bosan. Ganti aktivitasnya. Misalnya temani bayi bermain, menyenandungkan nyanyian, membacakan cerita atau bisa juga ajak jalan-jalan.

Tangisan Minta Gendong

Bayi Anda akan menjadi cengeng jika lelah, walaupun ia mungkin tidak ingin tidur. Ia akan merengek dengan menjengkelkan. Kepalanya mungkin terangguk-angguk untuk beberapa detik, dan mungkin Anda melihat bahwa ia menggosok-gosokkan tangannya pada mata serta wajahnya. Ayunlah ia perlahan-lahan sampai akhirnya tertidur lelap.

Tangisan Kesepian

Bayi Anda senang bergaul. Ia ingin Anda selalu berada di sisinya. Jika merasa kesepian, tangisannya akan terdengar menyedihkan. Seakan ia tengah sedih atau marah. Luangkan waktu bersamanya paling tidak sampai ia tenang. Jika Anda perlu menyelesaikan sesuatu, gendonglah ia sampai tenang, kemudian lanjutkan pekerjaan Anda bersamanya di sisi Anda.

Sumber: Okezone

Terusin......

08 Agustus 2009

Aku Susah Buang Air Besar (BAB)

Assalamua'laikum Wr.Wb, Alhamdulillah saat ini Aku sudah bisa menyesuaikan diri dengan pola makan yang baru. Setiap hari aku diberi Mama Biscuit Milna yang dicairkan divariasikan dengan yang lainnya termasuk buah-buahan contohnya pepaya. Namun saat ini aku sedang mengalami kesulitan Buang Air Besar (BAB), BAB ku agak susah seringkali aku menangis karena susah banget keluarnya. Mamaku langsung memberi aku pepaya yang sudah dijus supaya BAB kulancar. Mudah-mudahan selanjutnya akan lancar. Buat orang tua yang mengalami hal yang sama, di bawah ini ada sedikit penjelasan mengenai kesulitan buang air besar pada bayi..kita bacak yukkk....

Susah buang air besar (konstipasi) adalah gangguan yang kerap terjadi pada bayi. Gejalanya, selain sulit buang air besar, adalah tinja keras, nyeri di daerah anus, bahkan keluar darah segar akibat perlukaan anus.

Menurut definisi, konstipasi adalah kesulitan buang air besar selama dua minggu atau lebih. Tetapi, pada bayi yang mengkonsumsi susu formula, buang air besar yang keras 2 – 4 hari sekali sudah dianggap konstipasi. Lain halnya pada bayi yang mengkonsumsi ASI, walaupun buang air besarnya 2 – 5 hari sekali (asal konsistensi tinjanya lembek), tidak dianggap konstipasi.

Beberapa hal yang menjadi biang keladi sulit BAB pada bayi adalah :
1. Asupan (intake) cairan kurang, sehingga timbul dehidrasi.
2. Susu formula dengan kadar zat besi tinggi.
3. Susu formula dengan kandungan lemak nabati misalnya kelapa sawit.
4. Pembuatan susu formula terlalu pekat.
5. Pola makan yang tidak seimbang, yaitu lebih banyak konsumsi lemak, karbohidrat, dan kurang makanan yang mengandung serat.
6. Perubahan pola makan, seperti saat bayi diperkenalkan dengan makanan padat.

Untuk mencegah atau mengatasi sulit BAB pada bayi, beberapa langkah dapat ditempuh, antara lain :
1. Bayi 0 – 6 bulan sebaiknya hanya diberikan ASI (ASI Eksklusif). ASI sangat jarang menyebabkan konstipasi, karena zat yang dikandung ASI lebih mudah dicerna. Selain itu bayi yang mendapatkan ASI mempunyai beberapa jenis bakteri di usus besarnya yang membantu mengurai protein susu yang sulit dicerna. Bayi yang mendapatkan ASI juga mempunyai kadar hormon motilin (hormon yang membantu pergerakan usus) lebih tinggi.
2. Bagi bayi di atas 6 bulan, berikan sayur dan buah-buahan. Serat yang dikandung bahan tersebut membantu melunakkan dan memperlancar buang air besar. Makanan tersebut dapat disajikan dalam bentuk jus, seperti jus buah pear / apel (mengandung sorbitol), atau jus pepaya. Untuk sementara waktu, hindari pemberian pisang atau wortel.
3. Jika bayi mendapat susu formula, periksa kembali takaran pengencerannya dan zat yang dikandungnya. Jika perlu ganti dengan susu merk lain yang lebih cocok.
4. Pijat perut bayi dengan perlahan, boleh menggunakan baby oil. Pijatan dimulai dari pusat ke arah luar, dengan gerakan melingkar searah jarum jam.
5. Baringkan bayi, kemudian gerakkan kakinya dengan gerakan mengayuh sepeda.
6. Mandikan bayi dengan air hangat agar bayi lebih rileks sehingga tinja lebih mudah keluar.
7. Bila bayi terlihat nyeri pada anus saat BAB, dapat diberikan Microlax atau vaselin di anus.

Jika bayi masih kesulitan buang air besar, silakan bawa ke pusat layanan kesehatan. Susah buang air besar yang lama bisa jadi gejala dari penyakit tertentu seperti Morbus Hirschsprung (kelumpuhan sebagian segmen usus), fibrosis kistik, atau hipotiroidisme.

tips ini dicuplik dari Warta Medika

Terusin......

  © Blogger template 'SimpleBlue' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP